Kamis, 02 Januari 2014

Bermanfaat




Bermanfaat, atau sia-sia, mungkin itu sebuah kata biasa saja.  Tapi sungguh dahsyat maknanya.  Lihatlah pribadi ini.  Ia menempati posisi pimpinan di kantornya. Ia sering menjadi imam di masjid dekat rumahnya. Ia menyadari kemampuan finansialnya, kemampuan kekuasaannya.  Maka ia welas asih pada anak yatim, ia santuni ibu-ibu janda dhuafa. Maka ia sebarkan kebaikan di kantornya, di sekitar tempat tinggalnya. Dan ia tak pernah menghitung-hitung apa yang telah dikeluarkannya. Apalagi men-syi’ar-kan, untuk menambah kepopulerannya.

Lihat pula petinggi yang satu ini.  Ia pun sekelas pimpinan di kantornya.  Sering pula menjadi imam di masjid dekat rumahnya.  Ia menyadari pula kemampuan finansialnya, kemampuan kekuasaannya. Di malam menjelang tahun baru, puluhan petasan ia nyalakan. Bahkan tenda ia dirikan. Mengumpulkan orang, menyanyikan lagu-lagu kelas bangsawan. Makanan dan minuman berserakan. Hiburan dipertontonkan. “Open House” ia istilahkan. Menggembirakan rakyat, ia jadikan alasan. Tak peduli yang datang adalah pasangan sah atau ilegal. Tak peduli, apakah acaranya bermanfaat atau membawa mudharat.

Sementara di bilik sebelah sana, para manula terperanjat tersebab letusan petasannya.  Para bayi menangis, tersebab kekagetannya.  Para dhuafa kelaparan dalam tidur gelisahnya. Anak jalanan memandang iri pada gemerlap warna warni kembang apinya.

Sungguh, menyamakan isi kepala kita dengan orang lain barangkali tak mungkin. Menyamakan standar tentang  manfaat dalam diri kita dengan orang lain, juga mungkin mustahil. Tapi seperti sebuah jargon populer, impossible is nothing, tentu tak ada yang tak mungkin di dunia yang fana ini.  Asalkan kita senantiasa siap membuka diri, belajar dan mengkaji.  Dan tentu menjadikan syari’at sebagai standar manfaat, akan lebih membawa kita pada kebermanfaatan sejati.

“Khoirunnas, anfa’uhum linnas,” demikian sabdanya, sang teladan umat.  Yang terbaik diantaramu, adalah yang paling bermanfaat buat sesama, demikian maknanya. Mari berkaca, telah bermanfaatkah diri ini.  Mari mengoreksi, mungkin lebih banyak sia-sia kebaikan yang kita buat, tersebab seringnya kebaikan itu kita ungkap. Mungkin yang kita anggap manfaat, ternyata justru membawa mudharat.

Ya Robb, jadikan kami orang yang bermanfaat buat sesama.  Aamiin.

10 komentar:

  1. Halo, mak. Kunjungan perdana nih. Wah, langsung dapat tulisan yang bermanfaat nih. Keep writing and inspiring ya, mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh, terharu saya dapat kunjungan makpon...makasih ya makk...

      Hapus
  2. lam kenal juga mak..makasih sudah berkunjung ya..

    BalasHapus
  3. salam kenal mak....tulisannya menyentuh banget....

    BalasHapus
  4. yg paling baik adalah kita bermanfaat utk orang lain dengan cara2 yg diridhai Allah ya mba ;)

    BalasHapus