Bermanfaat, atau sia-sia, mungkin itu sebuah kata biasa
saja. Tapi sungguh dahsyat
maknanya. Lihatlah pribadi ini. Ia menempati posisi pimpinan di kantornya. Ia
sering menjadi imam di masjid dekat rumahnya. Ia menyadari kemampuan
finansialnya, kemampuan kekuasaannya.
Maka ia welas asih pada anak yatim, ia santuni ibu-ibu janda dhuafa.
Maka ia sebarkan kebaikan di kantornya, di sekitar tempat tinggalnya. Dan ia
tak pernah menghitung-hitung apa yang telah dikeluarkannya. Apalagi
men-syi’ar-kan, untuk menambah kepopulerannya.
Lihat pula petinggi yang satu ini. Ia pun sekelas pimpinan di kantornya. Sering pula menjadi imam di masjid dekat
rumahnya. Ia menyadari pula kemampuan
finansialnya, kemampuan kekuasaannya. Di malam menjelang tahun baru, puluhan
petasan ia nyalakan. Bahkan tenda ia dirikan. Mengumpulkan orang, menyanyikan
lagu-lagu kelas bangsawan. Makanan dan minuman berserakan. Hiburan
dipertontonkan. “Open House” ia
istilahkan. Menggembirakan rakyat, ia jadikan alasan. Tak peduli yang datang
adalah pasangan sah atau ilegal. Tak peduli, apakah acaranya bermanfaat atau
membawa mudharat.
Sementara di bilik sebelah sana, para manula terperanjat
tersebab letusan petasannya. Para bayi
menangis, tersebab kekagetannya. Para
dhuafa kelaparan dalam tidur gelisahnya. Anak jalanan memandang iri pada
gemerlap warna warni kembang apinya.
Sungguh, menyamakan isi kepala kita dengan orang lain
barangkali tak mungkin. Menyamakan standar tentang manfaat dalam diri kita dengan orang lain,
juga mungkin mustahil. Tapi seperti sebuah jargon populer, impossible is nothing, tentu tak ada yang tak mungkin di dunia yang
fana ini. Asalkan kita senantiasa siap
membuka diri, belajar dan mengkaji. Dan
tentu menjadikan syari’at sebagai standar manfaat, akan lebih membawa kita pada
kebermanfaatan sejati.
“Khoirunnas, anfa’uhum linnas,” demikian sabdanya, sang
teladan umat. Yang terbaik diantaramu,
adalah yang paling bermanfaat buat sesama, demikian maknanya. Mari berkaca,
telah bermanfaatkah diri ini. Mari
mengoreksi, mungkin lebih banyak sia-sia kebaikan yang kita buat, tersebab
seringnya kebaikan itu kita ungkap. Mungkin yang kita anggap manfaat, ternyata
justru membawa mudharat.
Ya Robb, jadikan kami orang yang bermanfaat buat sesama. Aamiin.
Halo, mak. Kunjungan perdana nih. Wah, langsung dapat tulisan yang bermanfaat nih. Keep writing and inspiring ya, mak
BalasHapuswaduh, terharu saya dapat kunjungan makpon...makasih ya makk...
HapusHai, mak...
BalasHapusSalam kenal...
:)
salam kenal juga, mak....makasih sdh berkunjung yaa
HapusCemungudhh yaa Makkk :D
BalasHapusyups...thanks motivasi dan kunjungannya makk..
Hapussalam kenal mak... :)
BalasHapuslam kenal juga mak..makasih sudah berkunjung ya..
BalasHapussalam kenal mak....tulisannya menyentuh banget....
BalasHapusyg paling baik adalah kita bermanfaat utk orang lain dengan cara2 yg diridhai Allah ya mba ;)
BalasHapus