Selasa, 02 September 2014

Futur



Telah berlalu masa-masa itu. Ketika musim semi berganti mendung kelabu. Ketika hari-hari ceria berganti wajah bermuram durja. 

Ia datang ketika mata-mata berbinar bahagia, ketika hati-hati diliputi cahaya. Ia datang seketika. Dan  meredupkan binar-binar cahaya dalam sukma.  Merasuk sedalam-dalamnya.

Mendung itupun menggayut di setiap langkah.  Di jalan-jalan, di rumah-rumah, di kantor-kantor,  di setiap tempat yang terlihat.  Melabur pandang yang kasat.

Sungguhpun sebenarnya, awan gelap itu tak pernah benar-benar memupus habis kegembiraan.  Terkadang ia muncul disela-sela angin yang berhembus sepoi-sepoi.  Tak jarang kegembiraan itu muncul di wajah-wajah ceria yang minta disapa.  Tapi selebihnya, kembali awan kelabu itu hadir.  Bersama panci-panci di dapur.  Bersama ayunan di halaman samping. Bersama  setiap lengkung, titik dan sudut ia menggelayut.

Sungguhpun sebenarnya, awan gelap itu tak pernah benar-benar datang.  Ia hanya bayang-bayang. Ia akan segera pergi manakala cahaya menyala dari tungku-tungku bersaput tilawah. Dari harap bersaput iman.  Dari sholat-sholat malam yang ditegakkan. Mampukan yaa Rabb.  Mampukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar