“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah perjanjianmu menjadi alat penipu diantaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskanNya kepadamu apa yang dulu kamu perselisihkan itu” (QS An Nahl 16 :92)
Seorang teman semasa SMA
dulu, pernah dengan susah payah berusaha istiqomah mengenakan jilbab.Pada saat
itu jilbab masih menjadi barang aneh, yang tidak dipandang meski hanya sebelah
mata oleh masyarakat kita. Bahkan para pionir yang mengenakan jilbab di
sekolah ada yang bahkan dikeluarkan dari sekolah tersebut, karena menurut pihak
sekolah tidak sesuai dengan peraturan sekolah.
Patut
disyukuri, di saat sekarang ini jilbab sudah menjadi pandangan yang biasa. Bahkan para artis pun sudah banyak yang
mengenakannya, tanpa takut tidak mendapatkan tawaran pekerjaan. Jilbab sudah
diterima sebagai hak seorang muslimah untuk menjalankan aturan agamanya.
Namun
demikian, tidak dapat dipungkiri, juga masih ada mereka yang setelah menutup
aurat, beberapa saat kemudian melepaskannya kembali dan memperlihatkan
auratnya. Atau mengenakannya hanya pada saat ke kantor, atau ke sekolah saja
karena bekerja/bersekolah di institusi Islam. Hal ini patut disayangkan karena
menutup aurat adalah salah satu upaya membuktkan ketaatan diri kita
dihadapanNya.
Masih ada
fenomena lain yang menunjukkan tidak kuatnya ketaatan seorang hamba pada
Robb-nya. Misalnya seseorang yang saat
di tanah suci sangat rajin ibadahnya, tertutup rapat auratnya, tetapi sesampai
di rumah kembali seperti semula. Atau fenomena saat bulan Ramadhan orang
berbondong-bondong memenuhi masjid untuk sholat dan tadarusan, namun selepas
itu masjid kembali sepi. Maksiat
merajalela lagi.
Banyak
faktor jadi penyebab hal ini terjadi, diantaranya karena kondisi lingkungan masyarakat
/ pekerjaan yang tidak mendukung, dan banyaknya orang yang cenderung mengebiri
ketimbang memotivasi.
Hal inilah
yang dimaksudkan dalam ayat tersebut di atas, yakni diumpamakan seorang wanita
yang telah memintal benang menjadi kain yang kuat dan kokoh, siap digunakan, namun
kemudian diuraikannya lagi hingga terurai dan berantakan. Seseorang yang telah
menjalankan ibadah dan ketaatan dengan baik, namun kemudian berbalik kebelakang,
karena khawatir akan celaan dari orang banyak.
Allah SWT
melarang seorang hambanya berlaku demikian.
Karenanya rasulullah SAW mengajarkan sebuah do’a, “Yaa Robbi, tsabbit qolbiy ‘ala diinika, Yaa Allah, kokohkan hatiku
dalam agamaMu”.
Sesungguhnya
semua godaan dan ujian yang ada hanyalah dijadikan olehNya sebagai penguji,
untuk menilai siapa yang terbaik amalnya, siapa yang tetap kokoh
dijalanNya. Dan kelak akan Ia
perlihatkan kebenaran akan segala sesuatu.
Wallahu A’lam
sumber ; Menghadirkan Surga di Rumah/Ahmad Kusyairi Suhail, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar