
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (dalam perjalanan) yang memerlukan
pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS 2 : 177)
Mari Berbuat Kebajikan. Ini salah satunya.
Terkadang, untuk suatu perjalanan, ada kalanya kita
terpaksa menumpang orang lain. Berbagai alasan yang membuat kita
terpaksa. Tetapi menumpang orang tentu
ada konsekuensi yang harus ditanggung, baik menyenangkan atau mengecewakan.
Kalau yang menyenangkan tentu enak untuk dikenang, seperti kisah tetangga saya.
Dia tak dapat mengendarai motor
ataupun mobil. Kemana-mana jika masih
terjangkau dia berjalan kaki. Suaminya tidak mengijinkan ia naik ojeg. Padahal
suaminya kerja sampai sore. Beruntung sekali ada tetangga kami seorang muallaf
yang begitu baik. Anaknya sudah besar
dan sekolah di luar kota. Sang istri selalu siap membantu siapa pun yang
membutuhkan pertolongannya. Setiap kali dia ditelpon untuk mengantar, ia selalu
siap. Mengantar orang, mengantar barang.
Menemani pergi, ataupun menemani pulang.
Pokoknya apa saja. Jarang ya ada orang seperti ini.
Pernah karena suatu hal, saya
ikut pulang seorang teman yang dijemput suaminya dengan mobil. Karena rumah saya masuk gang dan banyak
belokan saya minta diturunkan di depan gang saja. Sang suami bilang, “Kalau berbuat baik itu
mi, jangan nanggung”. Oh iya deh. Alhamdulillah.
Nah, kalau kisah yang
mengecewakan, seorang sahabat mengalaminya. Suatu ketika kami harus menghadiri
acara di kota yang jaraknya kurang lebih satu jam perjalanan dengan kendaraan
pribadi. Jika menggunakan kendaraan umum bisa dua kali lebih lama, dan berganti
angkot 3x. Karena yang akan berangkat
banyak maka kami sepakat ikut salah satu dari kami yang mempunyai mobil. Saat itu dia hamil tua putri kedua, dan harus
membawa putri pertamanya yang berusia 14
bln karena tidak punya pengasuh dan ayahnya sedang bekerja.
Pada waktu yang telah disepakati sayangnya
dia datang terlambat. Memperhitungkan waktu, kami terpaksa berangkat tanpa dirinya.
.
Karenanya, mari berbuat kebajikan
dengan saling memberikan pertolongan, saling memudahkan.
Kalau kita sebagai pihak yang
menumpang, tolonglah orang yang mengajak kita dengan kesiapan kita terlebih
dulu. Jangan sampai orang yang mau mengajak kita terpaksa menunggu.
Kalau kita sebagai orang yang
memberi tumpangan...Yakinlah, tak ada seorang pun yang mau menumpang kalau
tidak terpaksa. Mengutarakan maksud
untuk menumpang, itu pasti butuh kekuatan psikis luarbiasa.
Keikhlasan kita memberi tumpangan
kepada orang lain, pasti berganjar kebaikan dari Allah. Apalagi untuk menghadiri sebuah acara untuk
menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Karena kebajikan itu bukanlah hanya
pelaksanaan ritual ibadah menghadap ke timur atau ke barat, tetapi lebih kepada
pelaksanaan amalan dilandasi iman. Dan kebajikan membantu musafir itu, termasuk
tanda benarnya iman. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar