Kamis, 09 Januari 2014

#1Hari1Ayat : Kebajikan



                                                  2:177
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (dalam perjalanan) yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS 2 : 177)

Mari Berbuat Kebajikan. Ini salah satunya.
Terkadang, untuk suatu perjalanan, ada kalanya kita terpaksa menumpang orang lain.  Berbagai alasan yang membuat kita terpaksa.  Tetapi menumpang orang tentu ada konsekuensi yang harus ditanggung, baik menyenangkan atau mengecewakan. Kalau yang menyenangkan tentu enak untuk dikenang, seperti  kisah tetangga saya.

Dia tak dapat mengendarai motor ataupun mobil.  Kemana-mana jika masih terjangkau dia berjalan kaki. Suaminya tidak mengijinkan ia naik ojeg. Padahal suaminya kerja sampai sore. Beruntung sekali ada tetangga kami seorang muallaf yang begitu baik.  Anaknya sudah besar dan sekolah di luar kota. Sang istri selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Setiap kali dia ditelpon untuk mengantar, ia selalu siap. Mengantar orang, mengantar barang.  Menemani pergi, ataupun menemani pulang.  Pokoknya apa saja. Jarang ya ada orang seperti ini.

Pernah karena suatu hal, saya ikut pulang seorang teman yang dijemput suaminya dengan mobil.  Karena rumah saya masuk gang dan banyak belokan saya minta diturunkan di depan gang saja.  Sang suami bilang, “Kalau berbuat baik itu mi, jangan nanggung”.  Oh iya deh.  Alhamdulillah.

Nah, kalau kisah yang mengecewakan, seorang sahabat mengalaminya. Suatu ketika kami harus menghadiri acara di kota yang jaraknya kurang lebih satu jam perjalanan dengan kendaraan pribadi. Jika menggunakan kendaraan umum bisa dua kali lebih lama, dan berganti angkot 3x.  Karena yang akan berangkat banyak maka kami sepakat ikut salah satu dari kami yang mempunyai mobil.  Saat itu dia hamil tua putri kedua, dan harus membawa putri pertamanya yang berusia  14 bln karena tidak punya pengasuh dan ayahnya sedang bekerja.

Pada waktu yang telah disepakati sayangnya dia datang terlambat. Memperhitungkan waktu, kami terpaksa berangkat tanpa dirinya.
.
Karenanya, mari berbuat kebajikan dengan saling memberikan pertolongan, saling memudahkan.

Kalau kita sebagai pihak yang menumpang, tolonglah orang yang mengajak kita dengan kesiapan kita terlebih dulu. Jangan sampai orang yang mau mengajak kita terpaksa menunggu.

Kalau kita sebagai orang yang memberi tumpangan...Yakinlah, tak ada seorang pun yang mau menumpang kalau tidak terpaksa.  Mengutarakan maksud untuk menumpang, itu pasti butuh kekuatan psikis luarbiasa.

Keikhlasan kita memberi tumpangan kepada orang lain, pasti berganjar kebaikan dari Allah.  Apalagi untuk menghadiri sebuah acara untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Karena kebajikan itu bukanlah hanya pelaksanaan ritual ibadah menghadap ke timur atau ke barat, tetapi lebih kepada pelaksanaan amalan dilandasi iman. Dan kebajikan membantu musafir itu, termasuk tanda benarnya iman. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar