Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.(QS 39:10)
Teman, hari-hari
ini, betapa kebaikan dan keburukan hampir tak jelas bedanya. Banyak orang berlomba-lomba
berbuat kebaikan. Atas nama pribadi ataupun golongan. Tapi kita melihat, terkadang
kebaikan yang tampak, ternyata menyimpan lapisan iri dan dengki di dalamnya.
Kebaikan yang terlihat, bernoktah persaingan dan maksud tersembunyi yang
tersimpan rapi di hatinya. Tetapi apakah
yang tak terlihat oleh Ia Yang Maha Melihat?
Orang-orang
yang berbuat baik, pasti akan mendapati buah kebaikannya. Orang-orang yang ikhlas, niscaya ia akan
dapati buah keikhlasannya. Segera
atau kemudian. Maka janji ini
dinisbatkan kepada mereka yang bertawakkal, mereka yang teguh pada
pendiriannya. Dengan iman yang tak kan
bertukar dengan manisnya dunia. Karena
ia meyakini, manisnya iman itu akan ia rasakan buahnya tidak hanya di dunia,
tapi juga kelak di negri abadi.
Maka ia akan
bersabar, apa pun yang terjadi. Sabar berbuat baik, meski banyak yang tak sudi,
banyak yang mencaci, bahkan membuatnya meneteskan airmata suci. Sabar menebar
kebaikan, meski aral merintang, banyak yang menentang, bahkan menikam dari
belakang. Karena ia yakin menanam kebaikan ibarat menanam bibit
unggul. Batangnya akan teguh kokoh tahan
gangguan, tajuknya akan merindang, dan buahnya akan manis mengundang. Hanya
saja menantinya akan butuh banyak waktu. Dan kesabaranlah yang menjadi penentu.
Bahkan jika
pun sebuah negri menolak ajakannya ke arah kebaikan, Allah tegaskan, bahwa
bumiNya ini luas. Tak menjadi alasan baginya untuk berbalik arah, terpengaruh
keburukan yang merajalela dan berputus asa.
Ada banyak sudut negri yang butuh perbaikan, butuh disinari dengan
cahaya kebaikan. Ada banyak orang yang butuh pembelajaran, tapi tak tahu kemana
mencari jawaban. Maka sungguh, bumi
Allah ini luas. Tak layak rasanya kita
merasa sempit, akibat laku sekelompok orang tak bertanggungjawab. Maka kesabaranlah solusinya.
Lalu,
seperti apakah sabar yang berbuah pahala itu?
Menyerah pasrah tanpa opsi? Menyerah kalah pada yang lebih tinggi?
Teman,
bersabar memang bermaksud menahan.
Menahan lisan dari keluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah,
dan menahan anggota badan dari perilaku tak terarah. Tetapi bukan sebaliknya,
menahan lisan kala melihat keburukan jadi laku keseharian. Menahan hati untuk
tak cemburu kala perintah agama dilecehkan.
Sabar juga berdimensi melawan. Melawan hawa nafsu yang mengarah keburukan. Melawan nafsu penguasa yang rakus kekuasaan. Melawan keinginan diri untuk pasrah pada kondisi. Melawan tantangan dan bersungguh-sungguh menjalankan perintah Ilahi.
Dan sabar itu, kata Rasulallah saw, ‘inda shodmatil uula, dilakukan pada saat menerima benturan pertama (HR Bukhari) bukan setelah puas melampiaskan keluh kesah dan mengeluarkan amarah. Maka kesabaran seperti inilah yang berbuah reward without account pahala tanpa batas. Seperti apakah pahala tanpa batas itu?
"(Yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan): keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."(QS 13: 23-24)
Teman, mari saling mengingatkan, untuk mendapatkan reward without account dariNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar