Panggilan Itu

Untuk kali kedua bersama beberapa teman, menghadiri panggilan di Kejari untuk dimintai keterangan. Buat sebagian orang mungkin datang kekejari itu biasa saja. Tapi bagi orang biasa seperti kami, berhadapan dengan aparat penegak hokum masih saja berasa “sesuatu”.  Rasanya gimana gitu.  Takut dan khawatir.  Takut sama aparat yang “sangar” dan suka “mengancam” dengan pertanyaan  pertanyaannya yang menjebak. Kepandaian mereka menyelidiki dengan kata-kata itu berasa sebagai ancaman buat kami. Karena seringkali kata-kata dapat memutarbalikkan fakta. Khawatir kalau kemudian kita pula yang jadi tersangka. Nauzubillah min dzalik.  Tetapi seperti kata teman-teman, kalau kita tidak melakukan kesalahan, kenapa kita harus takut diperiksa? Alhamdulillah, kami senantiasa saling menasehati dan saling menguatkan.

Melakukan kesalahan sesungguhnya sesuatu yang manusiawi ya. Setiap orang pasti pernah melakukannya.  Tetapi kesalahan berulang dan sengaja tentu bukan khilaf namanya.  Apalagi terstrukur danmembudaya.  Korupsi misalnya. Meski bukan ranah kita bicara korupsi di instansi pemerintah (karena kita bukan ahlinya), tetapi terkadang kita terpaksa bersinggungan juga. 

Kedatangan kedua ini ternyata lebih lama dari yang pertama. Namun Alhamdulillah pak jaksanya baik sih. Beliau bilang jangan takut bu ketemu dengan aparat. Kita kan inginnya mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih.  Kita tidak mau rakyat dibodohi dengan akal-akalan orang pinter, dan Negara dirugikan dengan kebocoran dimana-mana.  Makanya rakyat juga harus mendukung.

Okelah.  Siip pak jaksa.  Kami siap kok mendukung program bapak. Tapi seperti kata para LSM itu..jangan tebang pilih ya pak.  Dan siapkan mental bapak juga, untuk menghadapi orang-orang di luarsana.  Jangan sampai proses yang telah berjalan, berhenti begitu saja dengan pindahnya/mutasinya bapak ke kota lain.

ME, 25 September 2014