Jumat, 19 September 2014

Mengapa Iri


Pagi ini menyalakan mesin air ternyata beberapa lama ditunggu tak juga mengeluarkan setetespun air.  Setelah menyiapkan sarapan lalu ke kamar mandi terdengar suara air mengalir deras di kolam ikan tetangga sebelah.  Memang letaknya persis di sebelah kamar mandi kami. Terbersit sedikit rasa iri.  Kami sudah seminggu ini kesulitan menyalakan air, sementara di sebelah airnya derassss…jadi serasa pingin mandi di sebelah  #lho..

Haha. Itu sih cuma #curahanhatiyangsedangkusut aja.  Sebenarnya air di sumur kami melimpah, hanya saja pipanya bocor, jadi ketika dinyalakan airnya bukan masuk bak tapi meluber ke luar.  Masalahnya dirikuh tidak bisa membetulkan karena bocornya persis di sambungan tertutup lantai.  Jadi harus panggil tukang.  Tukangnya mesti ditemani kan? Nah waktunya yang belum sempet…hhh banyak banget alasannya.

Tapi iri yang begini ini kenapa ya sering juga terjadi. Lihat postingan temen tentang rumahnya jadi iri.  Lihat foto mesra temen baru nikah (yang jomblo) jadi iri.  Lihat betapa ramainya beranda dengan postingan teman yang jalan-jalan….uuuih hati jadi membara.  Atau pun melihat foto putra putrinya yang baru lahir, yang sudah bisa jalan, yang dapet juara, yang masuk PTN bergengsi…semuanya bikin hati meletup-letup tak karuan. Juga ketika membaca tulisan kawan yang hebat-hebat, huh, iri makin menjadi-jadi. Iri, karena melihat apa yang dipamerkan orang  tidak kita miliki.  Padahal kan belum tentu orang posting karena mau pamer. 


Tapi sebetulnya, apa sih iri ituh? Menurut KBBI iri adalah merasa kurang senang melihat kelebihan/keberuntungan orang lain.


Menurut Ibnu Taimiyah Hasad (Iri) adalah sekedar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.

Karena iri sumbernya dari hati maka hati inilah memang yang harus kita kuasai lebih dulu. Mengelap debunya biar bersih, menatanya agar rapih.  Karena kata Rasulallah, saw :

“Di dalam tubuh kita ada segumpal darah, yang apabila baik darah tersebut maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika rusak segumpal darah tersebut maka buruklah tubuh kita semuanya.  Ketahuilah, segumpal darah tersebut adalah hati”

Iri dibolehkan juga sebetulnya.  Tapi hanya untuk 2 hal, yaitu ketika melihat orang yang berilmu dan ilmunya bermanfaat untuk umat.  Juga saat melihat orang yang berharta, dan hartanya bermanfaat untuk masyarakat.

Tidak boleh hasad (iri) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR Bukhari)

Nah, iri yang seperti ini dibolehkan. Maksudnya adalah supaya kita pun termotivasi untuk melakukan hal yang sama.

Bagaimana jika kita iri bukan karena tidak suka melihat kelebihan orang lain?  Kita iri hanya karena kita ingin seperti mereka. Kita tidak berharap ataupun berusaha untuk menghilangkan nikmat Allah kepada mereka. Mungkin firman Allah ini bisa menjawab pertanyaan kita.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatau.” (QS. An Nisaa : 32)

Yap. Kita harus menerima dan mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah kepada kita, karena sesuai dengan apa yang kita kerjakan.  Dan kelebihan yang dimiliki orang lain, itupun sesuai dengan apa yang telah mereka usahakan.  Maka, mari berusaha, berlomba-lomba untuk mengusahakan kebaikan, dan memohon, agar Allah perbanyak karuniaNya kepada kita :-)

#Pagi yang cerah dan berangin dingin di kotaku.

4 komentar:

  1. Bersyukur menjadi kunci agar iri nggak hinggap di hati ya Mba..nice sharing..

    BalasHapus
  2. iya mak..mudah mudahan kita termasuk orang yang suka bersyukur ya mak..aamiin..makasih kunjungannya ya..

    BalasHapus
  3. Iri bisa terjadi kapanpun ya mbak. Sebenarnya semua rezeki yang diterima oleh manusia adalah karunia-Nya, jadi sebaiknya kita ikut bersyukur atas rezeki yg orang lain terima :) Kalau kita bersyukur nikmat untuk kita juga pasti bertambah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak, mestinya kita ikut bersyukur ya, apalagi kalau kita ditraktir sama yang lagi dapet rezeki.. :))

      Hapus