Kamis, 05 Desember 2013

REFLEKSI


Ibarat air, hidupku mungkin seperti air di kolam yang kecil.  Tidak berkurang, tak pula bertambah. Sebegitulah adanya. Tidak bertambah jernih. Mungkin justru bertambah keruh seiring bertambahnya kerut usia.

Mungkin berbeda dengan air sungai. Ia senantiasa bergerak. Melintasi bebatuan yang menghadang.  Melampaui tumbuhan air yang muncul tanpa diundang. Menghanyutkan sampah yang ikut melayang di permukaan.

Berbeda pula dengan air tanah.  Mengalir dalam diam yang eksotis. Memenuhi sumur-sumur. Merasuki akar-akar. Memenuhi sungai-sungai.  Diketahui atau tidak. Diperhatikan atau tidak. Ia terus berkarya. Bermanfaat. Bermartabat.

Atau, mungkin berbeda dengan air laut. Terhampar luas. Yang diam-nya pun sudah membawa keberkahan. Garamnya. Ikan-ikannya. Karangnya. Mutiaranya. Optimis, memandang apa yang ada dihadapan. Siap diarungi.  Siap mengarungi. Suatu saat, mungkin akan ada badai menggelegarkan ombaknya. Atau boleh jadi, riuh rendah desing peluru harus disaksikannya. Tapi ia tetap optimis. Tetap dapat menampilkan siluet indah saat matahari menuju peraduan. Hingga banyak orang tak bosan memandang. Bahkan mengabadikan dalam momen-momen indah kehidupan.

Hidupku, juga jauh berbeda dengan air terjun. Likunya penuh dinamika. Berani menerima tantangan Sang Maha. Meliuk dengan keras. Melompat dengan terjangan tanpa batas. Maka ia melahirkan kehidupan penuh warna. Menghadirkan harmonisasi yang sedap dipandang mata. Menenangkan pemujanya. Mendamaikan penikmatnya.

Ibarat air, hidupku mungkin hanya seperti air di kolam yang kecil. Tergenang. Tak surut, tak pula bertambah. Sebegitulah adanya. Mungkin justru bertambah keruh seiring kerut usia. Tak ada target. Tanpa prestasi. Tanpa warna. Tanpa sentuhan dinamika. Hingga suatu masa, di ujung senja, sebaris kata menggema.

"Sungguh saya melihat air yang tergenang itu akan membawa bau yang tak sedap. Jika engkau biarkan maka ia akan membusuk” (Imam Syafi’i) 

Inginkah aku seperti itu?  Tergenang.  Mengambang.  Tanpa target dan tujuan.  Hanya diam dan diam. Tanpa harapan. Tanpa tujuan.  Jikalah kolam masih bisa menghasilkan ikan, apa jadinya diriku?  Hidup menumpang di bumi Tuhan, tanpa melakukan sesuatu.  Robbi, bantu aku bersegera.  Memperbaiki keadaan.  Menghindarkan sesalan.  Memanfaatkan kesempatan. Hingga suatu masa, akan ada yang dapat  kukatakan sebagai jawaban.  Tentang sebuah pertanggungjawaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar