Ibarat air, hidupku mungkin seperti air di kolam yang kecil. Tidak berkurang, tak pula bertambah. Sebegitulah adanya. Tidak bertambah jernih. Mungkin justru bertambah keruh seiring bertambahnya kerut usia.
Mungkin berbeda
dengan air sungai. Ia senantiasa bergerak. Melintasi bebatuan yang
menghadang. Melampaui tumbuhan air yang
muncul tanpa diundang. Menghanyutkan sampah yang ikut melayang di permukaan.
Berbeda pula dengan air tanah.
Mengalir dalam diam yang eksotis. Memenuhi sumur-sumur. Merasuki
akar-akar. Memenuhi sungai-sungai.
Diketahui atau tidak. Diperhatikan atau tidak. Ia terus berkarya.
Bermanfaat. Bermartabat.
Atau, mungkin
berbeda dengan air laut. Terhampar luas. Yang diam-nya pun sudah membawa
keberkahan. Garamnya. Ikan-ikannya. Karangnya. Mutiaranya. Optimis, memandang
apa yang ada dihadapan. Siap diarungi.
Siap mengarungi. Suatu saat, mungkin akan ada badai menggelegarkan
ombaknya. Atau boleh jadi, riuh rendah desing peluru harus disaksikannya. Tapi
ia tetap optimis. Tetap dapat menampilkan siluet indah saat matahari menuju
peraduan. Hingga banyak orang tak bosan memandang. Bahkan mengabadikan dalam
momen-momen indah kehidupan.
Hidupku, juga
jauh berbeda dengan air terjun. Likunya penuh dinamika. Berani menerima
tantangan Sang Maha. Meliuk dengan keras. Melompat dengan terjangan tanpa
batas. Maka ia melahirkan kehidupan penuh warna. Menghadirkan harmonisasi yang
sedap dipandang mata. Menenangkan pemujanya. Mendamaikan penikmatnya.
Ibarat air,
hidupku mungkin hanya seperti air di kolam yang kecil. Tergenang. Tak surut, tak pula bertambah. Sebegitulah adanya.
Mungkin justru bertambah keruh seiring kerut usia. Tak ada target. Tanpa
prestasi. Tanpa warna. Tanpa sentuhan dinamika. Hingga suatu masa, di ujung
senja, sebaris kata menggema.
"Sungguh saya melihat air
yang tergenang itu akan membawa bau
yang tak sedap. Jika engkau biarkan maka ia akan membusuk” (Imam Syafi’i)
Inginkah aku seperti itu? Tergenang. Mengambang. Tanpa target dan tujuan. Hanya diam dan diam. Tanpa harapan. Tanpa
tujuan. Jikalah kolam masih
bisa menghasilkan ikan, apa jadinya diriku? Hidup menumpang di bumi
Tuhan, tanpa melakukan sesuatu. Robbi, bantu aku bersegera. Memperbaiki keadaan. Menghindarkan sesalan. Memanfaatkan kesempatan. Hingga suatu masa,
akan ada yang dapat kukatakan sebagai
jawaban. Tentang sebuah
pertanggungjawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar