Selasa, 12 November 2013

Menimbang Kurikulum 2013

Ini kata pakar penyusun buku kurikulum 2013 Bpk Munif Chatib

"KEADILAN" KOGNITIF

Kurikulum 2013 yang yang menggunakan model tematik terpadu akan menempatkan kompetensi kognitif pada tempatnya. Saya selalu sebut dengan ‘keadilan kognitif’, yaitu yang mempunyai 3 urutan konsep yang cantik.

Pertama: INPUT SISWA. semua siswa adalah BINTANG. Tidak ada lagi tes-tes yang hanya bertujuan sekolah itu adalah tempatnya anak pandai menjawab dan melingkari ratusan soal tak bertuan. Lalu dengan dasar angka tersebut, menentukan nasib anak untuk diterima atau tidak di sekolah.

Kedua: PROSES BELAJAR. Proses belajarnya menyenangkan. Bagaimana tidak, konten materi belajar di dasarkan pada PROJECT BASE LEARNING dan PROBLEM BASE LEARNING. Kemudian pendekatannya menggunakan ‘SCIENTIFIC APPROACH’. Proses belajar sudah tidak didasarkan mata pelajaran yang terpisah dan parsial.
Namun berbasis ‘proyek’ untuk mengasah kemampuan psikomotorik siswa dan juga berbasis ‘masalah’ untuk mengasah kemampuan kognitif yang sebenarnya dan dalam arti luas. Sudah tidak zaman lagi, guru berceramah menjelaskan urutan bab-bab mata pelajaran, lalu siswanya diminta menghafal.
 

Pada kurikulum 2013, siswa diminta mencari, menemukan, dan mencoba mendefinisikan sendiri sebuah konsep baik yang berbasis proyek atau sebuah masalah.

Ketiga: PENILAIAN OTENTIK. Hasil belajar siswa dipotret dari berbagai ranah kompetensi, yaitu sikap siswa, karya-karya dan aktivitas siswa, juga kognitif siswa dalam arti kemampuan menyelesaikan sebuah masalah.

Ketika anak kita melewati garis bilangan SEKOLAHNYA MANUSIA, mereka akan menjadi MANUSIA yang cerdas, jujur dan mempunyai kepedulian tingkat tinggi.
Kurikulum 2013 menempatkan kemampuan kognitif pada tempatnya, yaitu kemampuan anak-anak kita menyelesaikan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari, tidak lagi direduksi dalam soal-soal tes pilihan ganda di atas kertas.
 

Semoga landasan filosofi kurikulum 2013 ini tidak dicedarai oleh kepentngan-kepentingan proyek yang tidak berhubungan dengan perkembangan dan kualitas belajar peserta didik
 

ooooo


Jika melihat pemaparan beliau tentang kurikulum 2013 tersebut, tampaknya memang sederhana.  Juga ketika melihat contoh-contoh buku kurikulum 2013 yang sudah beredar dari penerbit. Tampak sederhana dan mudah diaplikasikan. 

Saya membayangkan mengajar akan lebih mudah karena berbasis "project and problem" dengan penyelesaian menggunakan pendekatan keilmuan. Mungkin sederhananya, masalah/tema yang ada diselesaikan seolah sedang mengerjakan sebuah proyek sains: ditinjau dari segala sisi.  Ada ilmu sosialnya disitu, ada nasionalismenya disitu, ada penyelesaian secara logis dan sistematis mungkin, yang semuanya dilandasi semangat menjalankan perintah Allah (landasan Agama)


Menjadi mudah karena dengan model tematik terpadu, guru dapat menyampaikan banyak disiplin ilmu untuk menyelesaikan satu masalah atau untuk menyampaikan satu tema. Bukankah seperti itulah kita ketika dituntut untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan nyata, kita tidak hanya berhitung secara matematis saja.  tetapi kita juga harus mempertimbangkan norma hukum di negara kita (PKN), menimbang sanksi sosial (IPS), dan yang pasti menghitung balasanNya kelak (agama).


Dengan demikian guru tak harus dibebani pembuatan lessonplan yang begitu banyak untuk 10-14  mata pelajaran, yang memang terkadang beririsan tapi terpaksa dibuat terpisah, sementara waktu efektif yang tersedia tak banyak.  Siswa pun tidak dibebani berbagai teori yang belum tentu aplikatif dengan jumlah buku yang begitu banyak yang harus dibawa ke sekolah.


Sementara itu penilaian kemampuan/ketercapaian kompetensi siswa tak hanya diukur secara kognitif tetapi juga memberi porsi pada sikap siswa, karya siswa, serta aktivitas keseharian siswa. Hal ini menegaskan bahwa kita akan semakin menghargai perbedaan kemampuan siswa.  Bahwa setiap siswa punya keunikan dan kelebihan masing-masing yang tak bisa kita samakan dengan siswa lainnya.


Saya pun membayangkan dengan model tematik terpadu berbasis project and problem, pembelajaran akan sangat menyenangkan bagi siswa.  Mereka terlibat aktif membahas sesuatu, mengamati, mendiskusikannya, menyelesaikannya.  Seluruh kemampuannya terlibat aktif.  Kognitif, psikomotorik, afektif.  sehingga gairah keingintauan dan keilmuan anak terpuaskan, tanpa kehilangan kesempatan bergerak dan bermain.  Suasana kelas pun akan hangat dan menyenangkan, hingga menumbuhkan benih-benih hebat yang terpendam dalam diri mereka, dan pada masanya kelak akan membuahkan pribadi-pribadi berkarakter hebat yang dapat menyelesaikan masalah bangsa tanpa menimbulkan masalah baru.


Tetapi sebenarnya, saat ini tidak sedikit sekolah yang sudah menerapkan model pendidikan seperti ini.  Hanya saja, dibutuhkan guru yang sebanarnya guru, yang concern, yang mau belajar dan memperbaiki diri tanpa henti, yang kreatif, yang memahami maksud dan tujuan pembelajaran dalam arti luas, serta sejatinya punya karakter yang baik. Tak akan berguna sebaik apapun kurikulum dibuat jika pelaksananya belum memahami arah, tujuan, dan caranya.  Apalagi jika disertai karakter kepribadian guru yang belum sejalan.


Belum lagi kalau kita bicara masalah penilaian.  Jika penilaian kelulusan siswa masih melalui Ujian Nasional yang menjawab soal-soal pilihan berganda, lalu dimana sinkronisasinya dengan model pembelajaran tematik terpadu tadi? Kita memberikan ruang kebebasan memunculkan beragam kemampuan siswa, tetapi membatasi kelulusan hanya dengan menilai kemampuan kognitif saja.


Tampaknya memang masih cukup banyak yang harus kita lakukan.  Mensosialisasikan kurikulum ini ke semua guru dan pengelola sekolah, mempersiapkan daya dukungnya, dan yang tak kalah penting seperti harapan Pak Munif, Semoga landasan filosofi kurikulum 2013 ini tidak dicedarai oleh kepentingan-kepentingan proyek yang tidak berhubungan dengan perkembangan dan kualitas belajar peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar