Senin, 11 Maret 2013

Mari Kita Mulai


Menjadi sekolah favorit dan bermutu, tentu diidamkan oleh seluruh sekolah swasta.  Bermutu, dengan program-program yang menarik.  Bermutu, dengan guru-guru yang tidak hanya mengajar tapi juga mendidik.  Dengan hati, dengan kesadaran bahwa mengajar dan mendidik adalah sarana terbaik mencapai derajat bermanfaat bagi umat.  Khoirunnas, anfa’uhum linnas.  Sebaik-baik manusia, adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

SDIT Rabbani  saat ini belum menjadi favorit, juga belum bisa dikatakan bermutu.  Sebagai guru, kami masih tertatih-tatih mengeja langkah menjadi pendidik generasi.  Sebagai kepala sekolah, kami masih terseok-seok meniti jalan menjadikan sekolah ini yang terbaik.  Berusaha memenuhi standar nasional pendidikan dengan segenap kemampuan.  Terus terang, kami membutuhkan bantuan setidaknya support moral dari para warga sekolah. 

Meski demikian, memasuki tahun ketiga, masyarakat peminat sdit rabbani alhamdulillah  lebih banyak dari lokal yang tersedia.  Sehingga dari target 20 orang/rombel terpaksa kami tambahkan hingga menjadi 25/rombel.  Pada penerimaan siswa tahun-tahun sebelumnya, kami menerima pendaftar tercepat.  Jika telah mencapai kuota, maka penerimaan kami tutup.  Namun pada tahun ini kami putuskan untuk mengadakan seleksi untuk menyaring siswa dengan harapan lebih adil buat orangtua yang berminat menyekolahkan anaknya disini.  Mereka yang mendaftar belakangan tetap punya  peluang untuk bersaing secara fair dengan mereka yang mendaftar lebih awal.

Maka diadakanlah tes kematangan siswa dengan beberapa skala penilaian, bekerjasama dengan lembaga konsultasi psikologi ‘sakha brothers’.  Kami tidak melakukan tes baca tulis ataupun tes IQ untuk menyaring siswa, karena itu adalah salah satu peran mendidik yang harus dilakukan guru di sekolah. Namun ternyata, tes ini menimbulkan kendala lainnya.  Tidak semua orangtua, bahkan guru,  siap ketika mendapati anaknya tidak diterima.  Di institusi lain, ini adalah peluang munculnya praktek-praktek yang tidak diinginkan.  Mulai dari “tekanan yang berkuasa”, “sampai jual beli bangku”.  Mulai dari “membawa hadiah” sampai “ucapan terimakasih”, mulai yang legal berupa “uang bangunan” puluhan juta, sampai dengan praktek-praktek yang menghalalkan segala cara.

Dengan dilandasi semangat mencerdaskan generasi bangsa, kami mengusahakan pendidikan dimulai dari diri.  Pembentukan karakter peserta didik dimulai dari pembentukan karakter penyelenggara sekolah.  Bagaimanakah mungkin karakter baik anak didik akan terbentuk jika pihak penyelenggara sekolah menyelenggarakan praktek tidak terpuji?  Bagaimana mungkin kita berbagi kebaikan, sementara diri kita sendiri melakukan keburukan?

Sesungguhnya, Innama bu’isttu li uuta mimma makaarimal akhlak.  Sesungguhnya aku diutus, untuk menyempurnakan akhlak (al hadis).  Basic akhlak yang dibawa secara fitrah dalam diri setiap orang, harus senantiasa disempurnakan dengan pendidikan berkarakter yang dimulai sejak dini, sebelum ia tergerus oleh lingkungan buruk. Disinilah kerja kita dimulai. Ibda’ binafsik.

Semoga langkah yang tertatih ini akan kuat juga akhirnya.  Semoga langkah yang terseok ini akan teguh juga akhirnya.  Seperti kata Ust Rahmat Abdullah (Allahu yarham): 

Teguh adalah nafas rijalul haq (pejuang kebenaran) sepanjang zaman. Mereka tak hanyut di air, tak hangus di api, tak melayang di angin, tak goyah oleh tumpukan harta, kemilau tahta, dan rayuan wanita. Kiprah mereka hanya satu: Tetap teguh dalam bergerak & terus bergerak dalam keteguhan. 

Mari Kita Mulai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar