Mengiringi
keberangkatan seorang ukhti pagi ini sungguh terasa berat. Dalam hitungan bulan
5 orang kader yang dicintai harus berpindah tempat. Meski perpindahan adalah hal biasa, meski
kedatangan dan kepergian adalah sunnatullah, tapi tetap saja manusiawi,
kepergian menumbuhkan kepiluan dan kedatangan membuahkan kegembiraan.
Berbilang tahun
bekerja dengan visi dan misi yang sama, mengeja langkah demi langkah di negeri
yang jauh dari fasilitas kemudahan, saling menguatkan semangat dalam menit demi
menit waktu yang dilalui bersama, saling membantu dalam menyelesaikan
amanah-amanah yang diemban, tak pelak menimbulkan kedekatan. Sehingga ketika
tiba saatnya keadaan harus membuat kita terpisah oleh jarak, serta merta lalu
hati ini membasah, haru membiru menyelimuti hati baik yang ditinggal maupun
yang pergi.
Namun ukhti, meski berat
hati yang berkabut ini, namun ketahuilah, nahnu nuhibbukum fillah. Sambutlah
seruan seruan dakwah itu, dimanapun tempatnya. Tanamlah benih-benih dakwah itu
ditempat tandus sekalipun. Dimanapun bumi yang dijejak itu, bertumbuhlah atas
nama Iman. Ingatlah petuah junjungan kita:
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah mengutusku adalah
bagaikan hujan yang turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yang baik, ia terima
air hujan itu lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Ada juga
bagian bumi yang menerima air dan ia tahan, lalu Allah memberikan manfaat
kepada manusia dengan air yang disimpannya itu. Bagian lainnya adalah padang
yang tandus, ia sama sekali tidak menyimpan air, juga tidak menumbuhkan
apapun. Demikian itu adalah perumpamaan
orang yang diberi kefahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yang
aku bawa itu, hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yang ia fahami,
dan perumpamaan orang yang smasekali takpeduli dan takmau menerima petunjuk
yang Aku sampaikan” (HR Bukhari-Muslim).
Saudaraku, jadilah
umpama bagian bumi yang pertama, yang menumbuhsuburkan umat disekelilingmu,
dimanapun kakimu menjejak. Atau Jadilah yang kedua, yang menyimpan ilmu hingga
mereka disekelilingmu dapat mengambil manfaat darimu. Jikapun Allah menakdirkan
untuk menempatkanmu di negeri yang tandus, mungkin itu berarti kita harus lebih
keras mengolah tanahnya, dengan spesifikasinya, hingga ia dapat
menumbuhsuburkan tanaman yang sesuai dengan tempatnya.
Saudaraku, meski
hati ini berkabut membasah, izinkan aku mengiringi keberangkatanmu, dengan
syair lagu ini,
Disini kita
pernah bertemu,
mencari warna
seindah pelangi.
Ketika kau
menghulurkan tanganmu
bawaku ke daerah
yang baru
dan hidupku kini
ceria.
Kini dengarkanlah dendangan lagu
tanda ingatanku kepadamu teman,
agar ikatan ukhuwwah kan bersimpul padu.
Kenangan bersamamu takkan kulupa walau badai datang melanda,
walau bercerai
jasad dan nyawa..
Mengapa kita ditemukan
dan akhirnya
kita dipisahkan
mungkinkah bukti
kesetiaan,
kejujuran dan
kemanisan iman
Tuhan beri dia
kekuatan...
Mungkinkah kita terlupa, Tuhan
ada janjiNya
Bertemu berpisah kita, ada
rahmat dan kasihNya
Andai Ini ujian,
Tterangilah bersama
kesabaran
Pergilah gulita,
hadirlah cahaya
Kini dengarkanlah dendangan lagu
tanda ingatanku kepadamu teman,
agar ikatan ukhuwwah kan bersimpul padu
Tuk selamanya..
(Untukmu Teman, Brothers)
Dusun Muara Enim,
20 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar