Satu hal yang paling kusuka dengan tibanya bulan Oktober adalah bermekarannya bunga-bunga Amarilis. Perjalanan yang cukup lancar menuju Palembang Senin lalu, membuatku sangat menikmati pemandangan kiri kanan jalan. Subhanallah, melihat amarilis dengan warna oren-merahnya yang khas berrmekaran di sepanjang pinggir jalan. Bergerombol, berbaris, atau serumpun sendiri. Tumbuh liar ataupun memang ditanam, di luar pagar perkantoran, di taman –taman, juga ada yang tertata indah di balik-balik pagar rumah penduduk. Subhanallah. Sungguh Allah Maha Pandai Mencipta.
Amarilis, adalah
tanaman bunga berumbi sebangsa lili ataupun bakung. Pada musim kemarau yang tampak hanya
daun-daunnya yang hijau memanjang. Bahkan pada saat kekeringan daun-daun itu
mengering dan layu, meninggalkan umbinya di dalam tanah yang berada pada masa
stagnan. Barulah pada saat hujan mulai
turun umbinya tadi bergeliat, menumbuhkan tunas-tunasnya dengan cepat dan pada
bulan Oktober biasanya bunga-bunganya sudah muncul menyegarkan mata yang
melihatnya, menumbuhkan semangat dan melambungkan optimisme siapapun yang memandangnya.
Barangkali demikianlah sesungguhnya kondisi setiap
kita. Kita menyimpan umbi cinta setiap
waktu di dalam hati kita. Kita punya potensi mencintai orangtua kita, suami/istri kita, anak-anak kita, teman dan
saudara. Namun saat kering, tanpa
sejuknya siraman umbi cinta itu akan menanggalkan bunganya, mengeringkan
daun-daunnya. Tinggallah sang umbi
terpendam di lubuk hati, tertutup padatnya aktivitas, tertimpa kesatnya peluh,
terbakar tingginya tegangan emosi, tergeser oleh angka-demi angka yang telah
kita susun sebagai target. Sehingga yang tampak keluar adalah gugurnya
bunga-bunga ukhuwwah, keringnya daun-daun rahmah dari wajah kita, menguapnya
kadar cinta kita kepada anak-anak kita....
Alangkah indahnya
jika umbi cinta itu senantiasa kita siram dengan jernihnya air wudhu, taushiyah
orang-orang sholeh, bahkan dengan airmata taubat. Jikalah amarilis memang hanya dapat berbunga
setahun sekali, tidak demikian dengan umbi cinta insan yang telah dicipta
sempurna. Ia dapat tumbuh dan berbunga sepanjang musim di diri kita. Menebar keindahannya, menyebar kasih
sayangnya, menunjukkan jatidirinya sebagai hamba, sehingga orang-orang
disekelilingnya tidaklah mendapat kecuali ketenangan ketika bersamanya. Bertambahlah keimanan ketika memandangnya. Kita hanya perlu merutinkan
siramannya, dan memberikan pupuk sesuai porsinya. Semoga kita bisa.
Muara Enim, Oktober
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar